Sabtu, 16 Maret 2013

Rumusnya "Bagaimana kalau?"

Beberapa hari yang lalu gue dan beberapa temen bloger datang ke salah satu acara Talkshow dan Bedah buku dari dua orang penulis, Pandji Pragiwaksono dengan bukunya Berani Mengubah sama mas Wahyu Aditya dengan bukunya Sila Ke-6 : Kreatif Sampai Mati

Yang menarik dari talkshow dan bedah buku ini adalah sudah pasti soal cerita dari versi penulis mengenai apa isi buku yang di tulis sang penulis. Sealain gue baca kedua buku ini, gue juga di kasih pemahaman isi bukunya dari versi cerita langsung dari penulisnya.

Gue mau khususkan cerita ini ke bagian bukunya mas Wahyu Aditya, Sila Ke-6 : Kreatif Sampai Mati. Bukannya mengesampingkan bukunya Pandji, soalnya gue baca buku Berani Mengubah baru satu kali baca, dan seperti biasanya kalo baca bukunya Pandji nggak cukup satu atau dua kali baca sampai gue merasa paham hehehehe....

Jadi ceritanya, dari buku Sila Ke-6 : Kreatif Sampai Mati ini adalah berisi mengenai kreatif, gimana bisa kreatif, gimana terus tetap kreatif dan seterusnya bla bla bla soal kreatif, semacam buku self help buat kamu yang haus akan kreatifitas gitu.
"Kreatif itu ibarat langit, nggak ada batasnya - Mas Wadit"
Jadi gimana bisa jadi kreatif? seperti yang di bilang Mas Wadit, Rumusnya adalah

Kreatif = Bagai Mana Kalau?

Rumusya gampang ya? iya, gampang. dengan cara melatih pikiran kita dengan memberi pertanyaan yang simpel, "Bagai mana kalau?" iya, segampang itu !
Dengan berani menantang pikiran kita dengan pertanyaan "Bagai mana kalau?" biasanya memang bikin kita bertanya-tanya dan berusaha menemukan "jawaban" dan "jawaban" itu rasanya nggak lengkap kalo nggak segera di eksekusi dalam bentuk karya.

Oh, iya, gue juga kadang heran. Suka nemuin orang yang ngeluh "aduh, nggak punya ide nih", atau "lagi nyari inspirasi, inspirasi dimanakah kau berada..." padahal kalo pake rumus di atas, "Bagai mana Kalau?" jadi lebih gampang, tapi tergantung gimana masing-masing mengeksekusi jawaban dari pertanyaan "Bagaimana kalau" itu sendiri. ya kan? hehehe....

Imajinasi berperan besar dalam hal ini, kaya kata mbah Albert :


Intinya, saya nggak perlu menjabarkan isi dari bukunya mas wadit panjang lebar disini, ntar kalo udah jelas di jabarkan disini, kamu yang baca blog gue malah ngak mau baca bukunya mas Wadit, hehehe... 
Jadi, buat kamu yang masih bingung gimana caranya kreatif, bukunya mas Wadit bisa jadi salah satu pilihan "cambuk" buat kamu supaya disadarkan bahwa kalo sejak kita dilahirkan sudah di takdirkan untuk kreatif. iya, kira-kira gitu.


***

terus ada yang nanya, kalo udah capek-capek kreatif dan berkarya, malah di jiplak, di copas, di tiru, di colong bla bla bla...? gue jawab dengan kutipan yang pernah gue denger yaitu "cuma satu yang bisa mengalahkan kebiasaan copy meng-copy, yaitu hanya dengan terus berkarya kita bisa mengalahkan budaya itu - Leonard T". 

Atau bisa jadi kebiasaan copy meng-copy ini karena pemahaman kita soal penghargaan terhadap karya orang lain belum kuat, atau bisa jadi kita termasuk kedalam golongan yang tidak menghargai karya? nggak tau.

balik lagi, Bagaimana kalau? hehehehe....

12 komentar:

  1. kalo karyanya di copas, bikin lagi aja yang baru. yang lebih 'edan' dari karya yang di copas. kan kreatif... betul?

    BalasHapus
  2. jd inget temenku yg juga digambarin lgs sama wahyu aditya...

    BalasHapus
  3. kreatif memang tak mudah tuk di dapat tapi bisa di pelajari, ntar lama lama kreatip sendiri gan he he he

    BalasHapus
  4. selama kita kreatif, kayaknya dunia gak bakal ngebosenin. bener kan om yono?? :))

    BalasHapus
  5. wih lengkap nih reviewnya! tx ya!

    BalasHapus